Friday, May 27, 2016

Bahan Organik

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara.Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan C-organik. Dimana kandungan c-organik merupakan unsure yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air.Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro.Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
   Proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan dalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses, yaitu penambahan residu atau sisa-sisa tanaman dan binatang, dan perombakan bahan tersebut oleh jasad mikro tanah. Pada proses perombakan bahan sisa tumbuhan dihancurkan menjadi bentuk melarut atau menguap yang dapat hilang dari tanah.

Bahan organik tanah berpengaruh penting dalam sifat fisika dan biologi tanah sehingga akan berpengaruh pula pada pertumbuhan tanaman. Pengaruh langsung bahan organik tanah yang sifatnya positif terhadap pertumbuhan tanaman terjadi melalui produk pengurainya yang berupa asam-asam organik.Terkait dengan sifat biologi tanah, bahan organik sangat nyata mempengaruhi kegiatan mikroflora dan mikrofauna tanah melalui perannya sebagai penyedia C dan energi.Secara substansi bahan organik tersusun dari bahan humus dan non humus.  Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah.Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan praktikum mengenai bahan organik untuk mengetahui kandungan bahan organik suatu jenis tanah pada setiap lapisan.

1.2  Maksud Dan Tujuan

Ø  Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang bahan organik tanah dan fungsinya bagi tanah.
Ø  Mengetahui konsentrasi Bahhan organik yang terkandung pada tanah yang dijadikan tanah.
Ø  Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang tatacara pengukuran konsentrasi bahan organik yang baik dan benar.























BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada dalam kondisi yang optimum jika komposisinya terdiri dari : 25% udara, 25% air, 45% mineral dan 5% bahan organik. Atas dasar perbandingan ini, nampak kebutuhan tanah terhadap bahan organik adalah paling kecil.Namun demikian kehadiran bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan karena bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah (Lengkong dan Kawulusan, 2008).
Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan tanah, terutama di daerah tropika seperti di Indonesia dengan suhu udara dan curah hujan yang tinggi.Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan sebagai erosi, yang pada kondisi ekstrim mengakibatkan terjadinya desertitifikasi. Rendahnya kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh ketidakseimbangan antara peran bahan dan hilangnya bahan organik dari tanah utamanya melalui proses oksidasi biologis dalam tanah. Erosi tanah lapisan atas yang kaya akan bahan organik juga berperan dalam berkurangnya kandungan bahan organik tanah tersebut (Victorious, 2012).
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah.Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah.
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang.Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman.Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti.
Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama pelapukan jaringan tanaman sangat penting.Sebagian besar energi yang diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab itu CO2 terus dibentuk.Berbagai perubahan yang terjadi dan siklus yang menyertai reaksi karbon tersebut di dalam atau di luar sistem tanah disebut peredaran karbon. Pembebasan CO2 antara lain melalui mekanisme pelapukan bahan organi. Gas tersebut merupakan sumber CO2 tanah, disamping CO2 yang dikeluarkan akar tumbuhan dan yang terbawa oleh air hujan. CO2 yang dihasilkan tanah akhirnya akan dibebaskan ke udara, kemudian dipakai lagi oleh tanaman (Yani, 2003).
Unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat, unsur padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan serta mikroorganisma yang telah mengalami perubahan, namum relatif tahan terhadap pelapukan dan wujud yang terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam tanah (Watoni dan Buchari, 2000).
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang.ranting dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan pectin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang paling penting dalam mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan terangkul ke lapisan bawah (Sutanto, 2002).
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik.Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau hewan baru yang belum lapuk.Terus menerus mengalami serangan jasad-jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya.Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus.
Bahan organik yang masih mentah dengan nisbah C/N tinggi, apabila diberikan secara langsung ke dalam tanah akan berdampak negatip terhadap ketersediaan hara tanah. Bahan organik langsung akan disantap oleh mikrobia untuk memperoleh energi. Populasi mikrobia yang tinggi, akan memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah yang seyogyanya digunakan oleh tanaman, sehingga mikrobia dan tanaman saling bersaing merebutkan hara yang ada. Akibatnya hara yang ada dalam tanah berubah menjadi tidak tersedia karena berubah menjadi senyawa organik mikrobia.Kejadian ini disebut sebagai immobilisasi hara (Atmojo, 2003).
Nisbah C/N berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan organik dan kegiatan jasad renik tanah akan tetapi apabila nisbah C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan C sebagai sumber energi berlebihan menurut bandingannya dengan ketersediaanya N bagi pembentukan mikroba. Kegiatan jasad renik akanterhambat (Priambada et al., 2005).
Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein.Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas.Apabila ketersediaan karbon berlebihan (C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme (Wallace and Teny, 2000).
Untuk menginterpretasikan data dari hasil pengukuran bahan organik di laboratorium kita dapat berpatokan pada tabel berikut :
Kisaran kandungan BO
Klasifikasi
< 1,00 %
Sangat rendah
1,00 - 2,00 %
Rendah
2,01 - 3,00 %
Sedang
3,01 - 5,00 %
Tinggi
> 5,00 %
Sangat tinggi

Factor pembentukan bahan organik :
Ø  Iklim berpengaruh pada bahan organik tanah dalam hal memacu atau menghambat laju dekomposisi.
Ø  tipe penggunaan lahan berpengaruh dalam penyediaan sumber bahan organik, misal daerah persawahan akan berbeda kandungan bahan organiknya dibanding daerah hutan.
Ø  Faktor bentuk lahan mempengaruhi pada proses pengumpulan atau pencucian bahan organik.
Ø  Kegiatan manusia akan menentukan kandungan organik tanah misalnya dengan pemberian pupuk atau drainase yang akan berpengaruh pada kandungan bahan organik tanah.



BAB III METODELOGI

3.1 Alat Dan Bahan
Alat
Bahan
Erlenmeyer 250 ml.
H3PO485%
Pipet volume.
H2SO4 pekat 96 %
Beaker glas.
Larutan Fe2SO4 1 N
Buret dan statif
K2Cr2O7
Stiler
Aquades.
Timbangan
Indikator difinilamine

3.2 Langka Kerja
Ø  Timbang 0,5 g sampel tanah yang telah di haluskan, dan masukan ke dalam tabung Erlenmeyer 250 ml.
Ø  Melakukan penambahan 10 ml kalium dikhormat 1 N ke dalam erlenmayer, goyang hati-hati sehingga tidak terjadi butir-butir tanah menempel di dinding labu.
Ø  Menambahkan 20 ml asam sulfat pekat dan mengaduk hingga rata, harus terjadi kontak reagen dengan tanah.
Ø  Diamkan selama 30 menit.
Ø  Menambahkan 200 ml air bebas ion (aquades).
Ø  Menambahkan 10 ml h3po4 85% dan 10 tetes indikator difinilamin, titrasi dengan larutan baku ferrosulfat, warna akan berubah dari hijau gelap menjadi hijau terang.
Ø  Mencatat banyaknya Fe2So4 yang terpakai untuk titrasi.






BAB IV HASIL PENGAMATAN

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka didapatlah data sebagai berikut :
Volum FeSO4 Blangko
Volume FeSO4 Sampel
10,4
7,1

Keterangan
BO = Bahan Organik.
Adapun cara perhitungan untuk data kelompok 2 pada tabel di atas ialah sebagai berikut :
 







                                  = 1,903 %

             b.   % BO   =  % C x 1,729
                             = 1,903 x 1,729
                             = 3,290 %
Tabel hasil perhitungan
% C
% BO
1,903 %

3,290 %


BAB V PEMBAHASAN

Dalam pengamatan digunakan berbagai larutan kimia seperti K2Cr2O7, H2SO4, H3PO4, dan FeSO4. Adapun fungsi dari larutan tersebut ialah sebagai berikut :
·         K2Cr2O7, berfungsi sebagai Oksidator (yang mengoksidasi atom C)
·         H2SO4, berfungsi untuk mempercepat reaksi.
·         H3PO4, berfungsi untuk mencegah timbulnya gangguan warna ketika dilakukan titrasi.
·         FeSO4, berfungsi untuk menetralisir K2Cr2O7 yang tersisa.
·         Sedangkan H2O digunakan untuk mengencerkan laruutan.
Pada lapisan I persentase bahan organik yaitu sebesar 3,290 %.Jika di interpretasikan pada tabel, dapat diartikan bahwa kandungan bahan organik pada tanah tergolong tinggi. Dapat diartikan bahwa tanah tersebut subur.Kandungan bahan organik tertinggi terdapat pada lapisan I (lapisan permukaan), hal ini terjadi karena akumulasi bahan-bahan organik sisa penumpukan dan pelapukan organisme baik tumbuhan maupun hewan,serta terjadi proses dekomposisi yang begitu cepat dan juga pada lapisan I terdapat humus, dimana humus itu merupakan polimer dari bahan organik lapisan permukaan.Tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah lapisan atas atau top soil karena semakin ke bawah suatu lapisan tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah kedalaman, iklim, tekstur, dan adanya drainase yang buruk.Kedalaman suatu lapisan itu mempengaruhi bahan organik dalam tanah karena makin dalam suatu lapisan makin berkurang bahan organik dalam tanah.
Faktor iklim juga mempengaruhi karena makin dingin suatu daerah makin tinggi kadar bahan organiknya. Tekstur tanah juga berperan karena makin banyak unsur haranya. Adanya drainase yang buruk juga menyebabkan kadar bahan organik dalam tanah tinggi.





BAB VI KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Persentase Bahan Organik yaitu 3,290 %.
2.      Kandungan bahan organik pada sampel tergolong tinggi.
3.      Sampel tanah tergolong tanah yang subur.
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Bahan Organik yaitu sifat dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyedia hara selain itu :

Ø  Iklim berpengaruh pada bahan organik tanah dalam hal memacu atau menghambat laju dekomposisi.
Ø  tipe penggunaan lahan berpengaruh dalam penyediaan sumber bahan organik, misal daerah persawahan akan berbeda kandungan bahan organiknya dibanding daerah hutan.
Ø  Faktor bentuk lahan mempengaruhi pada proses pengumpulan atau pencucian bahan organik.
Ø  Kegiatan manusia akan menentukan kandungan organik tanah misalnya dengan pemberian pupuk atau drainase yang akan berpengaruh pada kandungan bahan organik tanah.









DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya Pengolahannya.. Sebelas Maret University Press : Surakarta.
Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal : 91-97.
Priambada,I.D., J.Widodo dan R.A. Sitompul. 2005. Impact of Landuse Intency on Microbal Community in Agrocosystem of Southern Sumatra International Symposium on Academic Exchange Cooperation Gadjah Mada University and Ibraki University.Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Victorious. 2012. Penetapan Status P, K dan C organic Untuk Tanah Organik dan Anorganik.
Wallace, A., R.G and Teny. 2000. Handbook of Soil Conditioners Subsistance That Enhance the Physical Properties of Soil.Marcell Pecker Inc. New York: Amerika.
Watoni, A.H., dan Buchari. 2000. Studi Aplikasi Metode Potensiometri Pada Penentuan Kandungan Karbon Organik Total Tanah. JMS Vol. 5 No. 1, hal. 23 – 40.
Yani, A. 2003. Beberapa Pendekatan Pengukuran Karbon Tanah Gambut Di Jambi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.


penetapan reaksi pH

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

 Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan bahwa banyaknya konsentrasi ion  hidrogen (H+) didalam tanah maka semakin masam tanah tersebut sedangkan jika didalam tanah ditemukan ion OH-  yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ maka tanah tersebut tergolong alkalis (OH-  lebih banyak daripada H+).
Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara  di serap tanaman. Terdapatnya beberapa hubungan komponen dalam tanah yang mempengaruhi konsentrasi H+ dalam tanah, dimana keadaannya dipersulit oleh bahan-bahan tanah yang lain.
Kemasaman dikenal ada dua yaitu kemasaman aktual dan kemasaman potensial. kemasaman actual disebabkan oleh Hdalam larutan, sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh ion Hdan Al yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan.
Penilaian mengenai produktivitas atau kesuburan tanah dapat dilihat pada tiga aspek, yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia dan biologis tanah.  Ketiga aspek ini dapat diketahui sama penting peranannya dalam menentukan kesuburan tanah.  Apabila dari salah satu dari ketiga aspek ini rendah, sementara yang lainnya tinggi maka produktivitas tanah yang maksimum belum dapat tercapai. 
Reaksi tanah dapat dikategorikan menjadi tiga kelas yaitu: masam, netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia, mempunyai aspek kesuburan karacunan ion-ion terutama keracunan H+.



1.2  Tujuan 

Ø  Memberikan pengetahuan tambahan bagi mahasiswa tentang pH tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Ø  Mengetahui pH dari tanah yang dijadikan sampel
Ø  Melatih mahasiswa untuk dapat menetukan pH tanah dengan baik dan benar.
































BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+  di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+.
Untuk meragamkan pengertian, sifat reaksi tersebut dinilai berdasarkan konsentrasi ion H dan dinyatakan dengan pH. Dengan kata lain, pH tanah = -log (H) tanah. Suatu tanah disebut masamdengan 7, dan basa bila lebih dari 7. Bila konsentrasi ion H bertambah maka ion pH turun dan sebaliknya bila konsentrasi ion OH bertambah pH naik. Distribusi ion H dalam tanah tidak homogen. ion H lebih banyak diserap dari pada ion OH, maka ion H lebih pekat didekat permukaan koloid. Sedangkan ion OH sebaliknya dengan demikian pH lebih rendah didekat koloid dari pada tempat yang jauh dari koloid. (Agus et.al, 2003)
Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion Hlebih tinggi daripada OH- sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai Reaksi Tanah = 7 (Hardjowigeno, 2007).
Untuk mengubah pH tanah, bagi tanah masam pH-nya dapat dinaikkan dengan penambahan kapur ke dalam tanah, sedangkan untuk yang terlalu alkalis pH-nya dapat diturunkan dengan pemberian belerang (sulfur) maupun dengan pencucian bahan mineral yang jumlahnya di dalam tanah.
Sumber kemasaman tanah adalah bahan-bahan organik dan anorganik. Ionisasi asam-asam menghasilkan ion H+ bebas dalam larutan tanah. Sumber lain kemasaman tanah adalah H+ dan Al3+ dapat ditukar pada misel koloid tanah. Kemampuan tanah untuk mempertahankan pH dan perubahan karena penambahan alkalis atau masam yang dinamakan daya sanggah tanah (Hardjowigeno, 2003).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik, seperti pertumbuhan tanaman pH atau reaksi tanah yang ekstrim menunjukkan kimia tanah yang dapat mengganggu biologik (Pairunan, 1997).
 Reaksi Tanah (pH) tanah penting dalam menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun dan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme seperti bakteri berkembang dengan baik pada pH 5,5.
Keadaan topografi dari suatu daerah sangat mempengaruhi reaksi tanah.  Jika memungkinkan keadaan ini akan menyebabkan terjadinya erosi apabila curah hujan cukup tinggi. Jika erosi cukup besar, unsur hara akan mudah hilang, implikasi air kurang, sehingga menghambat aktivitas kimia dan biologi (Foth,1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan anah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-Faktor yang perbedaan nilai pH adalah sebagai berikut:
1.     Kejenuhan Basa (KB), apabila semakin besar kejenuhan basa, semakin tinggi pH tanah dan sebaliknya bila kejenuhan basa rendah, maka pH rendah.
2.     Sifat koloid, merupakan koloid organik mudah mendisosiasikan ion H+ ke larutan tanah dan sebaliknya untuk koloid Fe dan Al hidroks oksida dan liat silikat, pH tanah organik < pH tanah mineral yang kaya Fe dan Al hidroks oksida atau liat silikat pada kejenuhan basa yang sama.
3.     Macam kation yang terjerap, koloid-koloid yang menjerap Na+ dan ion basa-basa yang lain akan mempunyai pH tinggi.
4.     Jumlah curah hujan
5.     Drainase tanah internal
6.     Tipe vegetasi, Tanah yang berada di bawah kondisi vegetasi hutan akan cenderung lebih masam di bandingkan dengan yang berkembang di bawah padang rumput. Hutan tanaman dengan daun kecil (konifer) dapat menyebabkan lebih masam dibandingkan dengan hutan tanaman berdaun lebar.
7.     Aktivitas manusia
8.     Ketersediaan unsur hara
9.     Tekstur tanah dan stuktur tanah
10. Ketersediaan air
11. Bahan organik

Table Interpretasi data
Kisaran pH
Klasifikasi
0,0 - 4,5
Ekstrim asam
4,6 - 5,0
Asam sangat kuat
5,1 - 5,5
Asam kuat
5,6 - 6,5
Asam sedang
6,6 - 7,3
Netral
7,4 - 7,8
Basa lemah
7,9 - 8,4
Basa sedang
8,5 - 9,0
Basa kuat
> 9,1
Basa sangat kuat




BAB III METEDOLOGI

3.1 Alat Dan Bahan
1.      Botol plastik
2.      pH meter
3.      Air bebas ion (aquades)
4.      KCL 1 N

3.2 Langka Kerja
1.      Menimbang 5 gram sampel tanah kering udara (ukuran butir < 2 mm).
2.      Memasukkan air dalam botol plastik sebanyak 25 ml.
3.      Menambahkan 5 ml atau 12,5 ml (tergantung nisbahnya), untuk penetapan pH HO.
4.      Menambahkan 5 ml atau 12,5 ml KCL 1 N (tergantung nisbahnya) pada sampel lain untuk penetapan pH KCL.
5.      Mengocok selama 10  menit.
6.      Membiarkan selama 30 menit agar tanahnya mengendap.
7.      Mengukur suspensi menggunakan pH meter.












BAB IV HASIL PENGAMATAN

Dari pengamatan yang telah dilakukan didapat hasil pengukuran menggunakan pH meter:
Tabel 1. Data hasil pengamatan.

pH Pelarut                  
Interpretasi
H2O
KCl
H2O
KCl
1 : 2,5
1 : 5
1 : 2,5
1 : 5
1 : 2,5
1 : 5
1 : 2,5
1 : 5
5,85
6,04
5,35
5,71
Asam sedang
Asam sedang
Asam kuat
Asam sedang
















BAB V PEMBAHASAN

Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan data dengan masing-masing perlakuan sebagi berikut :

*            H2O    1:2,5           = 5,85 → klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
*            H2O      1:5            = 6,04→ klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
*            KCl           1:2,5    = 5,35→klasifikasi Asam kuat, karena pH tersebut termasuk kisaran pH di antara pH 5,1 – 5,5.
*            KCl       1:5           = 5,71→ klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.

Tanah yang dilarutkan dengan H2O ditunjukan untuk mengukur pH aktual tanah (menyatakan jumlah H+ yang ada di dalam tanah), sedangkan tanah yang dilarutkan dengan KCl ditujukan untuk mengukur pH potensial tanah (menyatakan jumlah H+ pada tanah + jumlah H+ yang terjerap), sehingga pH tanah yang menggunakan pelarut H2O akan lebih tinggi dari pH tanah yang dilarutkan dengan KCl, karena K+ dari KCl yang terionisasi memiliki sifat elektronegatifitas yang lebih tinggi dari pada H+ sehingga dapat mendesak ion H+ dalam kaloid tanah keluar dari jerapan tanah, akibatnyajumlah H+ yang terdeteksi atau terukur oleh pH meter akan lebih banyak dan otomatis pH tanah yang menggunakan pelarut KCl akan menjadi lebih rendah.
      Pada percobaan yang dilakukan dapat dikatakan bahwa semakin banya pelarut yang digunakan (baik H2O maupun KCl) maka pH nya juga menjadi semakin tinggi, hal ini dikarenakan jika pelarutnya banyak maka konsentrasi atau kepekatan ion H+ per volume larutan akan menjadi berkurang, sehingga konsentrasi H+ yang terukur juga menjadi berkurang sehingga pH nya mmenjadi lebih tinggi.
Dari hasil pengamatan diatas terlihat pH KCl lebih rendah jika dibandingkan dengan H2O. Pengukuran pH dengan larutan pengekstrak KCl akan memberikan nilai lebih rendah 0,5-1,5 satuan pH dibanding jika menggunakan H2O, teori tersebut sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan.
Ini terjadi dikarenakan garam KCl akan melepaskan H+ dari kompleks serapan sehingga tanah akan lebih masam.  Tanah yang masam kerana kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion Al3+yang bersifat masam karena air ion tersebut menghasilkan H+.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan pH tanah antara lain:
1.     Perbandingan tanah dengan air, faktor ini harus diperhatikan karena perbandingan tersebut menentukan besar kecilnya pH, jika perbandingan menurun, maka elektroda tidak sempurna.
2.     Kandungan garam-garam dalam larutan tanah, tanah-tanah masam mengandung cukup garam-garam terlarut untuk mengganggu pertumbuhan tanaman, terutama dengan meningkatnya tekanan osmosis larutan tanah dan membatasi larutan air. Garam-garam terlarut mungkin mengendap secara alami dalam tanah di daerah-daerah kering, sebagai akibat penambahan air irigasi.
3.     Keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah, CO2 yang dihasilkan dari pernapasan melarut dalam larutan tanah membentuk asam karbonat rendah. Pengaruh ini terlihat pada tanah-tanah kapur dan tanah alkali lainnya untuk ribuan tahun, yang menunjukkan bahwa terbentuknya asam karbonat dalam tanah mempunyai peranan yang kurang berarti dalam menentukan pH tanah.

Adapun manfaat dari pengukuran pH ialah sebagai berikut :
1.      Membantu menentukan ketersedian UH bagi tanaman dan jenis pupuk yang digunakan, karena jika pH nya masam maka UH yang banyak tersedian ialah UH mikro, dan jika pH basa maka berarti banyak mengandung unsur-unsur basa seperti K+, Ca+, Mg+, dan Na+. Sehingga apabila tanahnya basa sedapat mungkin kita tidak memupuk dengan pupuk kimia yang banyak mengandung ion-ion bermuatan positif karena dapat menjadikan tanah tersebut lebih basa.
2.      Menunjukan ada tidaknya senyawa atau unsur-unsur yang beracun, pada tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, selain memfiksasi unsur P juga merupakan racun bagi tanaman sedang pada tanah rawa yang memiliki pH yang terlalu rendah (sangat masam) menunjukan kandungan sulfat yang tinggi yang juga merupakan racun bagi tanaman.
3.      Membantu kita untuk dapat memprediksi perkembangan mikroorganisme tanah, karena bakteri tanah dapat berkembang dengan baik pada pH 5,5 atau lebih sedangkan pH kurang dari 5,5 perkembangannya sangat terhambat. Jamur dapat berkembang baiik pada pH lebih dari 5,5  sedangkan bakteri pengikat nitrogen dan bakteri nitrifikasi hanya dapat berkembanh dengan baik pada pH tanah lebih dari 5,5.
4.      Membantu kita untuk dapat menentukan apakah tanah yang akan kita tanami cocok dengan tanaman yang akan kita budidayakan, karena setiap jenis tanaman memiliki syarat tumbuh pH tertentu, dan apabila tanah tersebut pH nya kurang cocok dengan pH yang dikehendaki tanaman yang hendak kita budidayakan maka kita dapat memilih mencari tanaman lain yang pH nya sesuai dengan tanah yang kita milki atau berusahamengubah pH tanah kita agar sesuai dengan pH yang dikehendaki tanaman, adapun usaha yang dapat kita lakukan untuk merubah pH tanah ialah dengan pengapuran (untuk meningkatkan pH) dan pemberian belerang (untuk menurunkan  pH).


















BAB VI KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapatdisimpulkan :
1)      pH tanah dengan  pelarut H2O
*      1:2,5    = 5,85 → klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
*      1:5       = 6,04 → klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
            pH tanah dengan pelarut KCl
*      1:2,5    = 5,35 → klasifikasi Asam kuat, karena pH tersebut termasuk kisaran pH di antara pH 5,1 – 5,5.
*      1:5       = 5,71 → klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
2)      Semakin banayak jumlah ion H+ pada suatu tanah maka pH tanah tersebut akan semakin rendah dan semakin sedikit jumlah ion H+ pada suatu tanah maka pH tanah tersebut semakin tinggi.
3)      pH tanah dengan pelarut H2O selalu lebih tinggi daripada pH yang menggunakan pelarut KCl.
4)      Semakin banyak pelarut yang digunakan (baik pelarut H2O maupun KCl) maka pH akan menjadi semakin tinggi.
5)      Tanah yang diuji dengan KCl memiliki pH lebih rendah dibandingkan pH lebih rendah dibanding pH tanah yang diuji dengan H2O karena KCl mampu mengukur aktivitas H+ yang ada di luar larutan tanah, ion K+ yang aktivitas dari KCl dapat ditukar dengan ion H+, namun hal tersebut tidak berlaku pada H2O.






DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2003. Ilmu Kesuburan Tanah. Kalisius, Jakarta
Foth. H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjahmada University Press,  Yogyakarta.
Hardjowigeno.  S, 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Hardjowigeno. S, 2007. Ilmu Tanah. PT Medyatama Sarana Perkasa : Jakarta.
Kemas, Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Pairunan A.K, .L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B. Ibrahim dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.
Sarwono, Hardjowigeno. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademik Pressindo. Jakarta.


www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net