BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman yang
diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat, yaitu tidak terlalu kering dan
tidak terlalu basah. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak struktur tanah.
Untuk menyatakan derajat hubungan antara partikel-partikel tanah dengan
kandungan air tanah digunakan angka-angka konsistensi. Berdasarkan hal tersebut
diatas maka konsistensi tanah dapat didefinisikan sebagai :
a.
Suatu
sifat yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel partikel
tanah;
b.
Ketahanan
massa suatu tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan
berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Penetapan konsistensi tanah dilakukan 2 cara yaitu secara kualitatif dan
secara kuantitatif. Prinsip penetapan secara kualitatif adalah penentuan
ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada
berbagai kadar air tanah. Penetapan konsistensi tanah secara kualitatif sering di istilahkan sebagai penentuan
angka Atterbeg karena Atterbeg adalah pelopor penetapan batas-batas konsistensi
tanah yang dinyatakan dengan angka kandungan pada batas cair dan batas plastis
(lekat) suatu tanah.
Konsistensi
tanah merupakan kekuatan daya kohesi butir – butir tanah atau daya adhesi butir
– butir tanah dengan benda ain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang memilki konsistensi yang
baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh
karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka
penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Dalam keadaan lembab, tanah
dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit
dicangkul). Dalam keadaan kering tanah dibedakan kedalam konsistensi lunak
sampai keras. Dalam keadaan basa dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis
sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.
Dalam keadaan lembab atau
kering konsistensi tanah ditentuka dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan
tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab
atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan
tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering).
Dalam keadaan basah
ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari (melekat atau tidak melekat) atau
mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuannya memprtahankan bentuk tersebut
(plastis atau tidak plastis).
Sifat–sifat tanah di
pelajari dengan menentukan angka–angka Atterbarg yaitu angka–angka kadar air
tanah pada beberapa macam keadaan. Angka–angka ini penting dalam menentukan
tindakan pengolahan tanah, karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau
tanah terlalu kering ataupun terlalu basah. Sifat–sifat tanah yang berhubungan
dengan angka Atterberg tersebut adalah:
Batas mengalir
(liquid limit). Batas
mengalir adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Kalau air lebuh
banyak tanah bersama air akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan
air sehingga tanah bukan dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah
kapasitas lapang (field capacity) yang menunjukan
jumlah air terbanyak yang dapat ditahan dalam keadaan alami atau undisturbed.
Batas
melekat. Batas melekat adalah kadar air di mana tanah
mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari
batas melekat , maka tanah tidak dapat melekat, tetapi bila kadar air lebih
tinggi dari batas melekat, maka tanah akan mudah melekat pada benda lain. Bila
tanah yang telah mencapai batas mengalir atau batas melekat tersebut dapat
membentuk gulungan atau pita yang tidak mudah patah bila digolek–golekkan maka
dikatakan bahwa tanah itu plastis. Bila tanah tidak dapat dibentukpita atau
gulungan (selalu patah–patah) maka disebut tidak palstis.
Batas
menggolek. Batas
menggolek adalahn kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat
digolek–golekkan lagi. Kalau digolek–golekkan tanah akan pecah–pecah ke segala
jurusan. Pada kadar air lebih kecil dari batas menggolek tanah sukar diolah.
1.2 Tujuan
Ø Mengetahui
kadar air yang terkandung didalam tanah.
Ø Mengetahui
perhitungan konsistensi tanah.
Ø Agar
mahasiswa dapat mengetahui konsistensi tanah tersebut layak untuk diusahakan pertanian.
Ø Agar
mahasiswa dapat mengetahui keadaan lembab, kering dan basah dalam tanah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Konsistensi tanah merupakan bagian dari Rheologi,yaitu ilmu
yang mempelajari perubahan-perubahan bentuk (deformation) dan aliran (flow) suatu
benda (Agus.et.al, 2008).
Konsistensi tanah ditakrifkan sebagai bentuk kerja kakas
fisik adhesi dan kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat
kelengasan. Bentuk kerja tersebut tercermin antara lain: ketahanan tanah
terhadap gaya tekanan, gaya gravitasi, dan tarikan serta kecenderungan massa
tanah untuk melekat satu dengan yang lain atau terhadap benda lain. Faktor
utama yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah kondisi kelengasan tanah
(kering, lembab, basah) dan tekstur tanah (terutama kandungan lempung)
(Sutanto, 2005).
Konsistensi tanah menunjukan integrasi antara kekuatan daya
kohesi butir-butir tanah (agregat tanah) dengan daya adhesi tanah dengan benda
lain ( Rawls dan Pachepsky, 2002).
Daya tersebut menentukan daya tahan tanah terhadap gaya
penguibah bentuk, yang dapat berupa pembajakan, pencangkulan dan penggaruan.
Macam-macam konsistensi tanah:
A. Konsistensi Basah
1. Tingkat Kelekatan,
yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan
benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat
(Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
2. Tingkat Plastisitas,
yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori
berikut:
(1) Tidak
Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
(3) Plastis
(Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(4) Sangat
Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1
cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
B. Konsistensi
Lembab
Pada kondisi kadar
air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai
berikut:
(1) Lepas (Nilai
0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah
mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2) Sangat Gembur
(Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
(3) Gembur (Nilai
2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat
menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Teguh / Kokoh
(Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas
tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Teguh /
Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan
berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah
tersebut.
(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
C. Konsistensi Kering
Penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6
kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai
0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak
melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
(2) Lunak (Nilai
1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah
berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah
hancur.
(3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
(3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Keras (Nilai
3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin
sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat
untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Keras
(Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk
dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit
ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
(6) Sangat Keras
Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya
tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
Sifat
konsistensi tanah pada kandungan air yang berbeda-beda adalah konsistensi basah
(kelekatan dan keliatan), konsistensi lembap, dan konsistensi kering. Kelekatan
(stickness) artinya tanah dapat melekat atau menempel pada benda-benda
yang mengenainya. Beberapa macam kelekatan yaitu tidak melekat, sedikit
melekat, lekat, dan sangat lekat. Liat (plasticity) artinya tanah mudah
diubah-ubah bentuknya. Beberapa macam keliatan yaitu non-plastic,
slighly plastic, plastic, very plastic. Konsistensi lembap merupakan tanah
yang gembur. Beberapa macam konsistensi lembap yaitu lepas, sangat gembur,
gembur, teguh, sangat teguh, dan ektrem teguh. Konsistensi kering merupakan
tanah yang keras. Beberapa macam konsistensi kering yaitu lepas, lunak, sedikit
keras, keras, sangat keras, dan ekstrem keras (Hakim et al., 1996).
Atterberg
sendiri menetapkan lima bentuk konsistensi tanah berdasarkan kelembapan tanah.
Tanah keras, tanah ini mempunyai konsistensi keras saat disentuh. Tingkat
kekerasan tergantung pada tekstur dan bahan organik tanah. Tanah gembur, tanah
memiliki sifat ini ketika mudah hancur menjadi butiran atau remah. Membajak
atau pengerjaan lahan lainnya harus dilakukan ketika kadar air tanah sedemikian
rupa sehingga memiliki konsistensi gembur. Membajak seperti ini menyebabkan
tanah ladang yang menguntungkan.
Tanah lunak, dikatakan memiliki konsistensi lunak ketika tanah tampak basah.
Dalam keadaann kering, tanah lunak bisa jadi memiliki konsistensi gembur. Tanah
lengket, air terhubung ke sebagian besar air tanah pada tekanan yang sama
yang ada pada seluruh tanah. Oleh karena itu, titik lengket adalah kadar air
dimana adhesi maksimum terjadi dan dimana tanah normal diolah. Tanah cair,
kelembapan tanah mendekati saturasi (kejenuhan) dan sifat tanah seperti cairan
kental (Lal and Shukla, 2004).
Konsistensi
tanah juga mempunyai hubungan dengan tekstur tanah. Tanah pasir biasanya tak
lekat, tak liat dan lepas. Sebaliknya tanah lempung berat berkonsistensi sangat
liat, sangat teguh, dan keras. Tanah geluh di antara kedua sifat
konsistensi yang ekstrim itu (Darmawijaya, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah
kadar air tanah, bahan-bahan penyemen
agregat tanah, bahan dan ukuran agregat tanah, tingkat agregasi. Nilai-nilai
Atterberg adalah batas liat atas (BLA) atau batas cair (BC), Batas
lekat (BL), Surplus (S), batas liat bawah (BLB) atau batas gulung (BG),
indeks keliatan (Ip), batas berubah warna (BBW) atau batas kerut (BK), dan
jangka olah (JO) (Notohadiprawiro, 2000).
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi
tanah adalah:
Ø Tekstru
tanah.
Tekstur
tanah yang kasar daya plastisnya akan rendah karena pada tanah yang teksturnya
kasar sedikit mengandung liat sehingga menyebabkan daya plastisitasnya rendah,
begitu pula sebaliknya.
Ø Kadar air
tanah.
Bila kadar
air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan menjadikan tanah lembek seperti cairan
sehingga mempengaruhi batas cair dan batas plastisnya.
Ø Jenis liat.
Ada banyak
jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat akan berpengaruh pada daya lekat
tanah tersebut baik dalam keadaan kering, lembab maupun basah.
Ø Kandungan
bahan organik.
Kandungan bahan
organik mempengaruhi day serap tanah akan air, apabila kandungan bahan
organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk menyimpan air juga menjadi rendah
begitu juga sebaliknya sehingga hal ini juga berpengaruh pada konsistensi tanah
karena sebagai mana dijelaskan diatas, bahwa kandungan air tanah juga
mempengaruhi konsistensi tanah.
Beberapa factor yang dipengaruhi karena konsistensi
tanah:
Ø
Struktur Tanah : Bila konsistensi tanah tinggi maka struktur
mantap.
Ø
Erosi : Bila konsitensi tanah tinggi maka erosi rendah.
Ø Pengolahan : Bila konsistensi
tanah tinggi maka pengolahan semakin susah.
BAB III METODELOGI
3.1 Alat Dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Beaker glass
|
Air
|
Oven
|
Sampel tanah biasa
|
Timbangan
|
Plastik
|
Mortar
|
|
Ayakan. Kaleng oven
|
|
Alat konsistensi
|
|
Pembuat alur
|
|
3.2 Pelaksanaan
Penetapan batas cair.
1.
Menghasulkan
dan mengayak atau menyaring tanah agar didapat partikel tanah yang halus.
2.
Mengambil
tanah kemudian meletakkannya pada mortal dan kemudian ditambahkan lalu
mengaduknya hingga rata.
3.
Menempatkan
tanah yang telah berbentuk pasta (telah diaduk dengan air) pada alat penguji
konsistensi tanah, dengan ketebalan ± 1.27 cm (diusahakan ketebalannya merata
dan tanah memenuhi seluruh permukaan alat) lalu kemudian bagian tengahnya di
buat alur pemisah dengan lebar juga ± 1.27 cm, himgga tanah terbelah menjadi 2
bagian.
4.
Memutar
alat dan meghitung ketukan ingga 2 bagian tanah yang terbelah menyatu, jika
sudah menyatu pemutaran dihentikan dan catat banyaknya ketukan yang telah kita
hitung saat memutar hingga tanah bersatu.
Penetapan batas plastis
1. Menimbang
15 gram sampel tanah, kemudian menambah air dan mencampurnya dengan tanah dan
meletakkanya di lempengan kaca.
2. Memisahkan
sedikit lalu menggosokan dengan tangan hingga berbentuk bola dan lonjong,
masing-masing kaleng diisi dengan dua tanah berbentuk lonjong dan berbentuk
bola, serta dengan konsistensi yang berbeda yakni konsistensi basah,
konsistensi lembab, dan konsistensi kering.
3. Menimbang
kaleng oven.
4. Tanah
yang sudah berbentuk tadi kemudian diletakkan pada kaleng oven laliu
menimbangnya.
5. Kemudian
di oven.
BAB IV HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka didapatkan data sebagaimana disajikan pada tabel:
Batas
cair
No
|
Ketentuan
Ketukan
|
No Kaleng
|
Berat Kaleng
|
Ketukan
|
Berat Kaleng
+ Tanah (SO)
|
Berat kaleng
+ tanah (KO)
|
1
|
1-5
|
46
|
3,727
|
5
|
12,955
|
9,948
|
|
|
2
|
2,709
|
3
|
12,461
|
9,370
|
2
|
6-10
|
52
|
3,658
|
7
|
8,611
|
7,079
|
|
|
3
|
2,190
|
6
|
9,93
|
7,457
|
3
|
11-15
|
69
|
2,791
|
12
|
11,746
|
9,238
|
|
|
100
|
2,822
|
13
|
13,046
|
11,303
|
4
|
16-20
|
III
|
2,823
|
17
|
18,617
|
13,792
|
|
|
49
|
3,613
|
20
|
16,233
|
12,261
|
5
|
21-25
|
62
|
2,715
|
24
|
15,448
|
11,688
|
|
|
12
|
2,307
|
25
|
16,679
|
12,282
|
Batas plastis
Kriteria
|
No kaleng
|
Berat kaleng
|
BT+K(SO)
|
BT+K(KO)
|
Basa
|
30
|
3.784
|
12.05
|
9.435
|
|
58
|
3.692
|
10.899
|
8.717
|
Lembab
|
23
|
3.535
|
14.307
|
11.225
|
|
44
|
3.527
|
13.342
|
10.564
|
Kering
|
13
|
2.332
|
12.054
|
9.354
|
|
9
|
2.22
|
11.273
|
8.859
|
4.2 Perhitungan
Batas
Cair.
a.
BT (SO) = (BT (SO)+Kaleng) – Berat Kaleng
No kaleng :
46 → 12,955 – 3,727 = 9,228 g
2 → 12,461 – 2,709 = 9,752 g
52 → 8,611
– 3,658 = 4,953 g
3 → 9,93 – 2,190 = 7,740 g
69 → 11,746 – 2,791 = 8,955 g
100 → 13,046
– 2,822 = 10,224 g
III → 18,617 – 2,823 = 15,794 g
49 → 16,233 – 3,613 = 12,620 g
62 → 15,448 – 2,715 = 12,733 g
12 → 16,679 – 2,307 = 14,372 g
b.
BT (KO) = (BT (KO)+Kaleng) – Berat Kaleng
No kaleng :
46 → 9,948 – 3,727 = 6,22 g
2 → 9,370 – 2,709 = 6,66 g
52 → 7,079 – 3,658 = 3,42 g
3 → 7,457 – 2,190 = 5,27 g
69 → 9,238 – 2,791 = 6,45 g
100 → 11,303 – 2,822 = 8,48 g
III → 13,792 – 2,823 = 10,97 g
49 → 12,261 – 3,613 = 8,65 g
62 → 11,688 – 2,715 = 8,97 g
12 → 12,282 – 2,307= 9,98 g
c.
KA = BT (SO) - BT (KO)/ BT (KO) x 100 (%)
No kaleng :
46 → ( 9,228 - 6,22 )/6,22 x 100 %
= 48 %
2 → ( 9,752 – 6,66 )/6,66 x 100 %
= 46 %
52 → ( 4,953 - 3,42 )/3,42 x 100 %
= 44 %
3 → ( 7,740 – 5,27 )/5,27 x 100 %
= 47 %
69 → ( 8,955 - 6,45 )/6,45 x 100 %
= 39 %
100 → ( 10,224 – 8,48 )/8,48 x 100 %
= 21 %
III → ( 15,794 – 10,97 )/10,97 x 100 %
= 44 %
49 → ( 12,620 – 8,65 )/8,65 x 100 %
= 46 %
62 → ( 12,733 – 8,97 )/8,97x 100 %
= 42 %
12 → ( 14,372 – 9,98 )/9,98 x 100 %
= 44 %
d.
xy =
x ∙ y
No kaleng :
46 → 3 ∙ 48 = 144.693
2 → 5 ∙ 46 = 232.13
52 → 6 ∙ 44 = 265.704
3 → 7 ∙ 47 = 328.083
69 → 12 ∙ 39 = 466.044
100 → 13 ∙ 21 = 267.358
III → 17 ∙ 44 = 747.558
49 → 20 ∙ 46 = 917.9
62 → 24 ∙ 42 = 1006.8
12 → 25 ∙ 44 = 1100.2
e.
x²
No kaleng :
46 → 3² =
9
2 → 5² = 25
52 → 6² = 36
3 → 7² = 49
69 → 12² = 144
100 → 13² = 169
III → 17² = 289
49 → 20² = 400
62 → 24² = 576
12 → 25² = 625
f.
y²
No kaleng :
46 → 48² = 2304
2 → 46² = 2116
52 → 44² = 1936
3 → 47² = 2209
69 → 39² = 1521
100 → 21² = 441
III → 44² = 1936
49 → 46² = 2116
42 → 42² = 1764
12 → 44² = 1936
∑ xy / ∑ x2 – (∑ x ∙ ∑ y / n)
|
B =
|
g.
∑ x2 – (∑ x)2 / n
|
5484 / 2322 – (132 ∙ 421 / 10 )
|
2322 – (132)2 / 10
|
B =
|
B
= – 9,583
h.
A =
(∑ y / n) – (B ∙ (∑ x / n))
= (421 / 10) – (-9,583 ∙ (132 / 10))
= 168.595
i.
Batas
Cair (Y) = A + Bx
= 168.595 + (-9,583) ∙ 25
= -70.98
Batas Plastis.
a.
BT (SO) = (BT(SO) + kaleng) – Berat kaleng
No Kaleng :
30 → 12.050 – 3,784 = 8,266 g
58 → 10.899 – 3,692 = 7,027 g
23 → 14.307 – 3,535 = 10,772 g
44 → 13.342 – 3,527 = 9,815 g
13 → 12.054 – 2,332 = 9,722 g
9 → 11.273 – 2,220 = 9,053 g
b.
BT (KO) = (BT(KO) + kaleng) – Berat kaleng
No Kaleng :
30 → 9,435 – 3,784 = 5,561 g
58 → 8,717 – 3,692 = 5,025 g
23 → 11,225 – 3,535 = 7,690 g
44 → 10,564 – 3,527 = 7,037 g
13 → 9,354 – 2,332 = 7,022 g
9 → 8,859 – 2,220 = 6,639 g
c.
KA % massa= BT(SO) - BT(KO)/BT(KO) x 100 %
No Kaleng :
30 → 8,266 – 5,651 / 5,651 x 100 % = 46 %
58 → 7,207 – 5,025 / 5,025 x 100 %
= 43 %
23 → 10,772 – 7,690 / 7,690 x 100 % = 40 %
44 → 9,815 – 7,037 / 7,037 x 100 %
= 40 %
13 → 9,722 – 7,022 / 7,022 x 100 %
= 39 %
9 → 9,053 – 6,639 / 6,639 x 100 % = 36 %
d.
Batas
Plastis = Rata-rata Kadar Air
= (46 + 43
+ 40 + 40
+ 39 + 36)/6
= 40,67
e.
IP = BC – BP
= -70,98 – 40,67
= -111,65
Table
hasil perhitungan yang didapatkan sebagai berikut:
Batas cair
No
|
BT(SO)
|
BT(KO)
|
Ketukan
(x)
|
KA %
(y)
|
x.y
|
x2
|
y2
|
B
|
A
|
Y
|
1
|
9.228
|
6.22
|
3
|
46
|
230
|
25
|
2116
|
-9,583
|
168.595
|
-70.98
|
2
|
9.752
|
6.66
|
5
|
48
|
144
|
9
|
2304
|
|||
3
|
4.953
|
3.42
|
6
|
47
|
329
|
49
|
2209
|
|||
4
|
7.740
|
5.27
|
7
|
44
|
264
|
36
|
1936
|
|||
5
|
8.955
|
6.45
|
12
|
39
|
468
|
144
|
1521
|
|||
6
|
10.224
|
8.48
|
13
|
21
|
273
|
169
|
441
|
|||
7
|
15.794
|
10.97
|
17
|
44
|
748
|
289
|
1936
|
|||
8
|
12.620
|
8.65
|
20
|
46
|
920
|
400
|
2116
|
|||
9
|
12.733
|
8.97
|
24
|
42
|
1008
|
576
|
1764
|
|||
10
|
14.372
|
9.98
|
25
|
44
|
1100
|
625
|
1936
|
|||
total
|
|
|
132
|
421
|
5484
|
2322
|
18,279
|
Batas plastis
Kriteria
|
No kaleng
|
Berat kaleng
|
BT(SO)
|
BT(KO)
|
KA(%)
|
Basa
|
30
|
3.784
|
8.266
|
5.651
|
46.275
|
|
58
|
3.692
|
7.207
|
5.025
|
43.422
|
Lembab
|
23
|
3.535
|
10.772
|
7.69
|
40.078
|
|
44
|
3.527
|
9.815
|
7.037
|
39.447
|
Kering
|
13
|
2.332
|
9.722
|
7.022
|
38.45
|
|
9
|
2.22
|
9.053
|
6.639
|
36.36
|
Hubungan
antara Jumlah Ketukan dengan Kadar Air
BAB V PEMBAHASAN
Dari
data percobaan diatas yang dilakukan didapat hasil rata – rata kadar air untuk
tiap ketukan adalah :
Rata-rata
kadar air tiap kelas ketukan :
No
|
Kelas ketukan
|
KA(%)
|
1
|
1-5
|
47
|
2
|
6-10
|
45,5
|
3
|
11-15
|
30
|
4
|
16-20
|
45
|
5
|
21-25
|
43
|
Hubungan antara kadar air dan
jumlah ketukan,bahwa jumlah ketukan dan kadar air memiliki hubungan yang
berkebalikan, dimana semakin besar kadar airnya maka jumlah ketukan akan
semakin sedikit. Pada kadar air yang tinggi tanah akan berada pada kondisi yang
basah atau bisa dikatakan konsistensinya basah.
Indeks
Plastisitas (Plasticity Indeks): indeks plastisitas menunjukan sedang,
berarti
tanah tersebut mudah untuk diolah. Adapun faktor -faktor yang
mempengaruri konsistensi
tanah adalah sbb :
1.
Tekstru tanah
Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan
rendah karena pada tanah yang teksturnya kasar sedikit mengandung liat sehingga
menyebabkan daya plastisitasnya rendah, begitu pula sebaliknya.
2.
Kadar air tanah
Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan
air akan menjadikan tanah lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas
cair dan batas plastisnya.
Jenis liat
Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan
jenis liat akan berpengaruh pada daya lekat tanah tersebut baok dalam keadaan
kering, lembab maupun basah.
3.
Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organik mempengaruhi day serap
tanah akan air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah
untuk menyimpan air juga menjadi rendah begitu juga sebaliknya sehingga hal ini
juga berpengaruh pada konsistensi tanah karena sebagai mana dijelaskan diatas,
bahwa kandungan air tanah juga mempengaruhi konsistensi tanah.
BAB VI KESIMPULAN
Konsistensi
tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – partikel tanah.
Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang
diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan, bahwa
jumlah ketukan dan kadar air memiliki hubungan yang berkebalikan, dimana
semakin besar kadar airnya maka jumlah ketukan akan semakin sedikit. Pada kadar
air yang tinggi tanah akan berada pada kondisi yang basah atau bisa dikatakan
konsistensinya basah.
Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Rata-rata kadar air tanah untuk masing-masing kelas ketukan ialah :
No
|
Kelas ketukan
|
KA(%)
|
1
|
1-5
|
47
|
2
|
6-10
|
45,5
|
3
|
11-15
|
30
|
4
|
16-20
|
45
|
5
|
21-25
|
43
|
2.
Rata-rata
kadar air batas plastis :
Diatas Plastis : 25,24 %
Dibawah Plastis : 31,02 %
Plastis : 24,43 %
3. Batas
cairnya : -70,98 % batas plastisnya
40,67 % dan indek plastisnya : -111,65 %
4. Konsistensi
dari tanah yang dijadikan sampel tergolong sedang atau plastis.
5. Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsistensi tanah ialah Tekstur tanah, kadar air tanah, jenis
liat dan kandungan bahan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus,
cahyono et.al. 2005.Ilmu Tanah.
Yogyakarta : FKT UGM
Darmawijaya,
M. L. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Hakim,
Nurhajati dkk. 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.
Lal,
R., Shukla, MK 2004. Prinsip Fisika Tanah. Marcel Dekker Inc., New York.
Notohadiprawiro,
T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Rawls, W. J Dan Y.A Pachepsky. 2002. Konsistensi
Tanah dan struktur sebagai prediktor retensi air. Ilmu Tanah Journal 66:
115-118.
Sutanto.2005.Dasar-dasar Ilmu
Tanah Konsep dan Kenyataan.Yogyakarta : kanisius
0 comments:
Post a Comment