Thursday, May 26, 2016

konsistensi tanah

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman yang diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat, yaitu tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak struktur tanah.
Untuk menyatakan derajat hubungan antara partikel-partikel tanah dengan kandungan air tanah digunakan angka-angka konsistensi. Berdasarkan hal tersebut diatas maka konsistensi tanah dapat didefinisikan sebagai :
a.        Suatu sifat yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel partikel tanah;
b.       Ketahanan massa suatu tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.

Penetapan konsistensi tanah dilakukan 2 cara yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif. Prinsip penetapan secara kualitatif adalah penentuan ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah. Penetapan konsistensi tanah secara kualitatif sering di istilahkan sebagai penentuan angka Atterbeg karena Atterbeg adalah pelopor penetapan batas-batas konsistensi tanah yang dinyatakan dengan angka kandungan pada batas cair dan batas plastis (lekat) suatu tanah.
Konsistensi tanah merupakan kekuatan daya kohesi butir – butir tanah atau daya adhesi butir – butir tanah dengan benda ain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang memilki konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering tanah dibedakan kedalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan basa dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.
Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentuka dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering).
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari (melekat atau tidak melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuannya memprtahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).
Sifat–sifat tanah di pelajari dengan menentukan angka–angka Atterbarg yaitu angka–angka kadar air tanah pada beberapa macam keadaan. Angka–angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah, karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun terlalu basah. Sifat–sifat tanah yang berhubungan dengan angka Atterberg tersebut adalah:
Batas mengalir (liquid limit). Batas mengalir adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Kalau air lebuh banyak tanah bersama air akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang (field capacity) yang menunjukan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan dalam keadaan alami atau undisturbed.
Batas melekat. Batas melekat adalah kadar air di mana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat , maka tanah tidak dapat melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas melekat, maka tanah akan mudah melekat pada benda lain. Bila tanah yang telah mencapai batas mengalir atau batas melekat tersebut dapat membentuk gulungan atau pita yang tidak mudah patah bila digolek–golekkan maka dikatakan bahwa tanah itu plastis. Bila tanah tidak dapat dibentukpita atau gulungan (selalu patah–patah) maka disebut tidak palstis.
Batas menggolek. Batas menggolek adalahn kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek–golekkan lagi. Kalau digolek–golekkan tanah akan pecah–pecah ke segala jurusan. Pada kadar air lebih kecil dari batas menggolek tanah sukar diolah.

1.2  Tujuan

Ø  Mengetahui kadar air yang terkandung didalam tanah.
Ø  Mengetahui perhitungan konsistensi tanah.
Ø  Agar mahasiswa dapat mengetahui konsistensi tanah tersebut layak untuk diusahakan pertanian.
Ø  Agar mahasiswa dapat mengetahui keadaan lembab, kering dan basah dalam tanah.
































BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah merupakan bagian dari Rheologi,yaitu ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan bentuk (deformation) dan aliran (flow) suatu benda (Agus.et.al, 2008).
Konsistensi tanah ditakrifkan sebagai bentuk kerja kakas fisik adhesi dan kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan. Bentuk kerja tersebut tercermin antara lain: ketahanan tanah terhadap gaya tekanan, gaya gravitasi, dan tarikan serta kecenderungan massa tanah untuk melekat satu dengan yang lain atau terhadap benda lain. Faktor utama yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah kondisi kelengasan tanah (kering, lembab, basah) dan tekstur tanah (terutama kandungan lempung) (Sutanto, 2005).
Konsistensi tanah menunjukan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah (agregat tanah) dengan daya adhesi tanah dengan benda lain ( Rawls dan Pachepsky, 2002).
Daya tersebut menentukan daya tahan tanah terhadap gaya penguibah bentuk, yang dapat berupa pembajakan, pencangkulan dan penggaruan. Macam-macam konsistensi tanah:
A. Konsistensi Basah
1.      Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
2.      Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(4) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.


B.  Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
C. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
(3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
(6) Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
Sifat konsistensi tanah pada kandungan air yang berbeda-beda adalah konsistensi basah (kelekatan dan keliatan), konsistensi lembap, dan konsistensi kering. Kelekatan (stickness) artinya tanah dapat melekat atau menempel pada benda-benda yang mengenainya. Beberapa macam kelekatan yaitu tidak melekat, sedikit melekat, lekat, dan sangat lekat. Liat (plasticity) artinya tanah mudah diubah-ubah bentuknya. Beberapa macam keliatan yaitu non-plastic, slighly plastic, plastic, very plastic. Konsistensi lembap merupakan tanah yang gembur. Beberapa macam konsistensi lembap yaitu lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ektrem teguh. Konsistensi kering merupakan tanah yang keras. Beberapa macam konsistensi kering yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat keras, dan ekstrem keras (Hakim et al., 1996).
Atterberg sendiri menetapkan lima bentuk konsistensi tanah berdasarkan kelembapan tanah. Tanah keras, tanah ini mempunyai konsistensi keras saat disentuh. Tingkat kekerasan tergantung pada tekstur dan bahan organik tanah. Tanah gembur, tanah memiliki sifat ini ketika mudah hancur menjadi butiran atau remah. Membajak atau pengerjaan lahan lainnya harus dilakukan ketika kadar air tanah sedemikian rupa sehingga memiliki konsistensi gembur. Membajak seperti ini menyebabkan tanah ladang yang menguntungkan.
            Tanah lunak, dikatakan memiliki konsistensi lunak ketika tanah tampak basah. Dalam keadaann kering, tanah lunak bisa jadi memiliki konsistensi gembur. Tanah lengket, air terhubung ke sebagian besar air tanah pada tekanan yang sama  yang ada pada seluruh tanah. Oleh karena itu, titik lengket adalah kadar air dimana adhesi maksimum terjadi dan dimana tanah normal diolah. Tanah cair, kelembapan tanah mendekati saturasi (kejenuhan) dan sifat tanah seperti cairan kental (Lal and Shukla, 2004).
Konsistensi tanah juga mempunyai hubungan dengan tekstur tanah. Tanah pasir biasanya tak lekat, tak liat dan lepas. Sebaliknya tanah lempung berat berkonsistensi sangat liat, sangat teguh, dan keras. Tanah geluh di antara kedua sifat konsistensi yang ekstrim itu (Darmawijaya, 1997). 
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah kadar air tanah, bahan-bahan penyemen agregat tanah, bahan dan ukuran agregat tanah, tingkat agregasi. Nilai-nilai Atterberg adalah batas liat atas (BLA) atau batas cair (BC), Batas lekat (BL), Surplus (S), batas liat bawah (BLB) atau batas gulung (BG), indeks keliatan (Ip), batas berubah warna (BBW) atau batas kerut (BK), dan jangka olah (JO) (Notohadiprawiro, 2000).
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
Ø  Tekstru tanah.
Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan rendah karena pada tanah yang teksturnya kasar sedikit mengandung liat sehingga menyebabkan daya plastisitasnya rendah, begitu pula sebaliknya.
Ø  Kadar air tanah.
Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan menjadikan tanah lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan batas plastisnya.
Ø  Jenis liat.
Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat akan berpengaruh pada daya lekat tanah tersebut baik dalam keadaan kering, lembab  maupun basah.
Ø  Kandungan bahan organik.
Kandungan bahan organik mempengaruhi day serap tanah akan air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk menyimpan air juga menjadi rendah begitu juga sebaliknya sehingga hal ini juga berpengaruh pada konsistensi tanah karena sebagai mana dijelaskan diatas, bahwa kandungan air tanah juga mempengaruhi konsistensi tanah.
Beberapa factor yang dipengaruhi karena konsistensi tanah:
Ø  Struktur Tanah : Bila konsistensi tanah tinggi maka struktur mantap.
Ø  Erosi : Bila konsitensi tanah tinggi maka erosi rendah.
Ø  Pengolahan : Bila konsistensi tanah tinggi maka pengolahan semakin susah.









BAB III METODELOGI

3.1 Alat Dan Bahan
Alat
Bahan
Beaker glass
Air
Oven
Sampel tanah biasa
Timbangan
Plastik
Mortar

Ayakan. Kaleng oven

Alat konsistensi

Pembuat alur


3.2  Pelaksanaan
Penetapan batas cair.
1.      Menghasulkan dan mengayak atau menyaring tanah agar didapat partikel tanah yang halus.
2.      Mengambil tanah kemudian meletakkannya pada mortal dan kemudian ditambahkan lalu mengaduknya hingga rata.
3.      Menempatkan tanah yang telah berbentuk pasta (telah diaduk dengan air) pada alat penguji konsistensi tanah, dengan ketebalan ± 1.27 cm (diusahakan ketebalannya merata dan tanah memenuhi seluruh permukaan alat) lalu kemudian bagian tengahnya di buat alur pemisah dengan lebar juga ± 1.27 cm, himgga tanah terbelah menjadi 2 bagian.
4.      Memutar alat dan meghitung ketukan ingga 2 bagian tanah yang terbelah menyatu, jika sudah menyatu pemutaran dihentikan dan catat banyaknya ketukan yang telah kita hitung saat memutar hingga tanah bersatu.

Penetapan batas plastis
1.      Menimbang 15 gram sampel tanah, kemudian menambah air dan mencampurnya dengan tanah dan meletakkanya di lempengan kaca.
2.      Memisahkan sedikit lalu menggosokan dengan tangan hingga berbentuk bola dan lonjong, masing-masing kaleng diisi dengan dua tanah berbentuk lonjong dan berbentuk bola, serta dengan konsistensi yang berbeda yakni konsistensi basah, konsistensi lembab, dan konsistensi kering.
3.      Menimbang kaleng oven.
4.      Tanah yang sudah berbentuk tadi kemudian diletakkan pada kaleng oven laliu menimbangnya.
5.      Kemudian di oven.



















BAB IV HASIL PENGAMATAN

4.1  Tabel Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka didapatkan data sebagaimana disajikan pada tabel:
Batas cair
No
Ketentuan Ketukan
No Kaleng
Berat Kaleng
Ketukan
Berat Kaleng + Tanah (SO)
Berat kaleng + tanah (KO)
1
1-5
46
3,727
5
12,955
9,948


2
2,709
3
12,461
9,370
2
6-10
52
3,658
7
8,611
7,079


3
2,190
6
9,93
7,457
3
11-15
69
2,791
12
11,746
9,238


100
2,822
13
13,046
11,303
4
16-20
III
2,823
17
18,617
13,792


49
3,613
20
16,233
12,261
5
21-25
62
2,715
24
15,448
11,688


12
2,307
25
16,679
12,282

Batas plastis
Kriteria
No kaleng
Berat kaleng
BT+K(SO)
BT+K(KO)
Basa
30
3.784
12.05
9.435

58
3.692
10.899
8.717
Lembab
23
3.535
14.307
11.225

44
3.527
13.342
10.564
Kering
13
2.332
12.054
9.354

9
2.22
11.273
8.859


4.2  Perhitungan
Batas Cair.
a.       BT (SO)    = (BT (SO)+Kaleng) – Berat Kaleng
No kaleng :
*      46   → 12,955 3,727 = 9,228 g
*      2    → 12,461 2,709 9,752 g
*      52  →   8,611 3,658 4,953 g
*      3    → 9,93 2,190 = 7,740 g
*      69  → 11,746 2,791 =   8,955 g
*      100 13,046 2,822 = 10,224 g
*      III  → 18,617 2,823 15,794 g
*      49  → 16,233 3,613 12,620 g
*      62  → 15,448 2,715 12,733 g
*      12  → 16,679 2,307 14,372 g
b.      BT (KO)    = (BT (KO)+Kaleng) – Berat Kaleng
No kaleng :
*      46  → 9,948 – 3,727 = 6,22 g
*      2    →   9,3702,709 = 6,66 g
*      52  →   7,0793,658 = 3,42 g
*      3    → 7,4572,190 = 5,27 g
*      69  →   9,238 – 2,791 = 6,45 g
*      100 11,3032,822 = 8,48 g
*      III  →   13,792 – 2,823 = 10,97 g
*      49  →   12,261 – 3,613 = 8,65 g
*      62  →   11,688 – 2,715 = 8,97 g
*      12  →   12,282 – 2,307= 9,98 g
c.       KA                        = BT (SO) - BT (KO)/ BT (KO)  x 100 (%)
No kaleng :
*      46  → ( 9,228 - 6,22 )/6,22 x 100 % = 48 %
*      2    → ( 9,752 6,66 )/6,66 x 100 % = 46 %
*      52  → ( 4,953 - 3,42 )/3,42 x 100 % = 44 %
*      3    → ( 7,740 5,27 )/5,27 x 100 % = 47 %
*      69  → ( 8,955 - 6,45 )/6,45 x 100 % = 39 %
*      100 → ( 10,224 8,48 )/8,48 x 100 % = 21 %
*      III  → ( 15,794 10,97 )/10,97 x 100 % = 44 %
*      49  → ( 12,620 8,65 )/8,65 x 100 % = 46 %
*      62  → ( 12,733 8,97 )/8,97x 100 % = 42 %
*      12  → ( 14,372 9,98 )/9,98 x 100 % = 44 %

d.      xy              =  x ∙ y
No kaleng :
*      46  →   3 ∙ 48144.693
*      2    →   546 =  232.13
*      52  → 644265.704
*      3    → 747328.083
*      69  → 12 ∙ 39 = 466.044
*      100 1321 = 267.358
*      III  → 17 ∙ 44 = 747.558
*      49  → 20 ∙ 46 = 917.9
*      62  → 24 ∙ 42 = 1006.8
*      12  → 25 ∙ 44 = 1100.2
e.      
No kaleng :
*      46  →   3² = 9
*      2    →   5² = 25
*      52  → 6² = 36
*      3    → 7² = 49
*      69  → 12² = 144
*      100 13² = 169
*      III  → 17² = 289
*      49  → 20² = 400
*      62  → 24² = 576
*      12  → 25² = 625
f.      
No kaleng :
*      46  → 48² = 2304
*      2    → 46² = 2116
*      52  → 44² = 1936
*      3    → 47² = 2209
*      69  → 39² = 1521
*      100 21² = 441
*      III  → 44² = 1936
*      49  → 46² = 2116
*      42  → 42² = 1764
*      12  → 44² = 1936
∑ xy / ∑ x2 – (x ∙ y / n)
B  =
 
g.       



x2 – (x)2 / n
                                                                                      
5484 / 2322 – (132 421 / 10 )
2322 – (132)2 / 10
B  =
 




                                B  = 9,583

h.      A               =  (∑ y / n) – (B ∙ (x / n))
=  (421 / 10) – (-9,583 (132 / 10))
168.595
i.        Batas Cair (Y)       = A + Bx
= 168.595 + (-9,583) ∙ 25
= -70.98
Batas Plastis.
a.       BT (SO)    = (BT(SO) + kaleng) – Berat kaleng
No Kaleng :
*      30 →   12.050  – 3,784 = 8,266 g
*      5810.899 – 3,692 = 7,027 g
*      23 → 14.307 – 3,535 = 10,772 g
*      44   → 13.342 – 3,527 = 9,815 g
*      13 → 12.0542,332 = 9,722 g
*      9   → 11.2732,220 = 9,053 g
b.      BT (KO)    = (BT(KO) + kaleng) – Berat kaleng
No Kaleng :
*      309,435 – 3,784 = 5,561 g
*      588,717 – 3,692 = 5,025 g
*      23 → 11,225 – 3,535 =   7,690 g
*      44   → 10,564 – 3,527 = 7,037 g
*      139,354 2,332 =   7,022 g
*      9   → 8,8592,220 = 6,639 g
c.       KA            % massa= BT(SO) - BT(KO)/BT(KO) x 100 %
No Kaleng :
*      308,266 – 5,651 / 5,651 x 100 % = 46 %
*      587,207 5,025 / 5,025 x 100 % = 43 %
*      23 → 10,772 – 7,690 / 7,690 x 100 % = 40 %
*      44 9,815 – 7,037 / 7,037 x 100 % = 40 %
*      139,722 – 7,022 / 7,022 x 100 % = 39 %
*      9   → 9,053 – 6,639 / 6,639 x 100 % = 36 %
d.      Batas Plastis          = Rata-rata Kadar Air
= (46 + 4340 + 40 +  39 + 36)/6
= 40,67
e.       IP              = BC – BP
= -70,98 40,67
= -111,65

Table hasil perhitungan yang didapatkan sebagai berikut:
Batas cair
No
BT(SO)
BT(KO)
Ketukan (x)
KA % (y)
x.y
x2
y2
B
A
Y
1
9.228
6.22
3
46
230
25
2116
 -9,583
 168.595
 -70.98
2
9.752
6.66
5
48
144
9
2304
3
4.953
3.42
6
47
329
49
2209
4
7.740
5.27
7
44
264
36
1936
5
8.955
6.45
12
39
468
144
1521
6
10.224
8.48
13
21
273
169
441
7
15.794
10.97
17
44
748
289
1936
8
12.620
8.65
20
46
920
400
2116
9
12.733
8.97
24
42
1008
576
1764
10
14.372
9.98
25
44
1100
625
1936
total


132
421
5484
2322
18,279

Batas plastis
Kriteria
No kaleng
Berat kaleng
BT(SO)
BT(KO)
KA(%)
Basa
30
3.784
8.266
5.651
46.275

58
3.692
7.207
5.025
43.422
Lembab
23
3.535
10.772
7.69
40.078

44
3.527
9.815
7.037
39.447
Kering
13
2.332
9.722
7.022
38.45

9
2.22
9.053
6.639
36.36

Hubungan antara Jumlah Ketukan dengan Kadar Air

















BAB V PEMBAHASAN
Dari data percobaan diatas yang dilakukan didapat hasil rata – rata kadar air untuk tiap ketukan adalah :
Rata-rata kadar air tiap kelas ketukan :

No
Kelas  ketukan
KA(%)
1
1-5
47
2
6-10
45,5
3
11-15
30
4
16-20
45
5
21-25
43

Hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan,bahwa jumlah ketukan dan kadar air memiliki hubungan yang berkebalikan, dimana semakin besar kadar airnya maka jumlah ketukan akan semakin sedikit. Pada kadar air yang tinggi tanah akan berada pada kondisi yang basah atau bisa dikatakan konsistensinya basah.
Indeks Plastisitas (Plasticity Indeks): indeks plastisitas menunjukan sedang,
berarti tanah tersebut mudah untuk diolah. Adapun faktor -faktor yang
mempengaruri konsistensi tanah adalah sbb :
1.      Tekstru tanah
Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan rendah karena pada tanah yang teksturnya kasar sedikit mengandung liat sehingga menyebabkan daya plastisitasnya rendah, begitu pula sebaliknya.
2.      Kadar air tanah
Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan menjadikan tanah lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan batas plastisnya.
Jenis liat
Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat akan berpengaruh pada daya lekat tanah tersebut baok dalam keadaan kering, lembab  maupun basah.
3.      Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organik mempengaruhi day serap tanah akan air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk menyimpan air juga menjadi rendah begitu juga sebaliknya sehingga hal ini juga berpengaruh pada konsistensi tanah karena sebagai mana dijelaskan diatas, bahwa kandungan air tanah juga mempengaruhi konsistensi tanah.



















BAB VI KESIMPULAN
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan, bahwa jumlah ketukan dan kadar air memiliki hubungan yang berkebalikan, dimana semakin besar kadar airnya maka jumlah ketukan akan semakin sedikit. Pada kadar air yang tinggi tanah akan berada pada kondisi yang basah atau bisa dikatakan konsistensinya basah.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan  dapat disimpulkan bahwa :
1.      Rata-rata kadar air tanah untuk masing-masing kelas ketukan ialah :
No
Kelas  ketukan
KA(%)
1
1-5
47
2
6-10
45,5
3
11-15
30
4
16-20
45
5
21-25
43

2.      Rata-rata kadar air batas plastis :
Diatas Plastis                           : 25,24 %
Dibawah Plastis                       : 31,02 %
Plastis                                      : 24,43 %

3.      Batas cairnya :  -70,98 % batas plastisnya 40,67 % dan indek plastisnya : -111,65 %
4.      Konsistensi dari tanah yang dijadikan sampel tergolong sedang atau plastis.
5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah ialah Tekstur tanah, kadar air tanah, jenis liat dan kandungan bahan organik.



DAFTAR PUSTAKA

Agus, cahyono et.al. 2005.Ilmu Tanah. Yogyakarta : FKT UGM
Darmawijaya, M. L. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.
Lal, R., Shukla, MK 2004. Prinsip Fisika Tanah. Marcel Dekker Inc., New York.
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Rawls, W. J Dan Y.A Pachepsky. 2002. Konsistensi Tanah dan struktur sebagai prediktor retensi air. Ilmu Tanah Journal 66: 115-118.
Sutanto.2005.Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan.Yogyakarta : kanisius


0 comments:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net