BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau
alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan bahwa banyaknya
konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam tanah maka semakin masam
tanah tersebut sedangkan jika didalam tanah ditemukan ion OH- yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ maka tanah tersebut tergolong
alkalis (OH- lebih banyak daripada H+).
Pentingnya
pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara di serap
tanaman. Terdapatnya beberapa hubungan komponen dalam tanah yang mempengaruhi
konsentrasi H+ dalam tanah, dimana keadaannya dipersulit oleh
bahan-bahan tanah yang lain.
Kemasaman dikenal ada
dua yaitu kemasaman aktual dan kemasaman potensial. kemasaman actual disebabkan
oleh H+ dalam larutan, sedangkan kemasaman potensial disebabkan
oleh ion H+ dan Al yang terjerap pada permukaan kompleks
jerapan.
Penilaian mengenai
produktivitas atau kesuburan tanah dapat dilihat pada tiga aspek, yaitu sifat fisik
tanah, sifat kimia dan biologis tanah. Ketiga aspek ini dapat diketahui
sama penting peranannya dalam menentukan kesuburan tanah. Apabila dari
salah satu dari ketiga aspek ini rendah, sementara yang lainnya tinggi maka
produktivitas tanah yang maksimum belum dapat tercapai.
Reaksi tanah dapat
dikategorikan menjadi tiga kelas yaitu: masam, netral, dan basa. Tanah
pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki
sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut dan
curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk yang masam pada tanah podsolik
yang banyak terdapat di Indonesia, mempunyai aspek kesuburan karacunan ion-ion
terutama keracunan H+.
1.2 Tujuan
Ø
Memberikan
pengetahuan tambahan bagi mahasiswa tentang pH tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Ø
Mengetahui
pH dari tanah yang dijadikan sampel
Ø
Melatih
mahasiswa untuk dapat menetukan pH tanah dengan baik dan benar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi tanah menunjukkan
sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai
pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+.
Untuk
meragamkan pengertian, sifat reaksi tersebut dinilai berdasarkan konsentrasi
ion H dan dinyatakan dengan pH. Dengan kata lain, pH tanah = -log (H) tanah.
Suatu tanah disebut masamdengan 7, dan basa bila lebih dari 7. Bila konsentrasi
ion H bertambah maka ion pH turun dan sebaliknya bila konsentrasi ion OH
bertambah pH naik. Distribusi ion H dalam tanah tidak homogen. ion H lebih banyak
diserap dari pada ion OH, maka ion H lebih pekat didekat permukaan koloid.
Sedangkan ion OH sebaliknya dengan demikian pH lebih rendah didekat koloid dari
pada tempat yang jauh dari koloid. (Agus et.al, 2003)
Pada tanah-tanah yang
masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH- sedang
pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+.
Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah
bereaksi netral yaitu mempunyai Reaksi Tanah = 7 (Hardjowigeno, 2007).
Untuk mengubah pH
tanah, bagi tanah masam pH-nya dapat dinaikkan dengan penambahan kapur ke dalam
tanah, sedangkan untuk yang terlalu alkalis pH-nya dapat diturunkan dengan
pemberian belerang (sulfur) maupun dengan pencucian bahan mineral yang
jumlahnya di dalam tanah.
Sumber kemasaman tanah
adalah bahan-bahan organik dan anorganik. Ionisasi asam-asam menghasilkan ion H+ bebas
dalam larutan tanah. Sumber lain kemasaman tanah adalah H+ dan
Al3+ dapat ditukar pada misel koloid tanah. Kemampuan tanah
untuk mempertahankan pH dan perubahan karena penambahan alkalis atau masam yang
dinamakan daya sanggah tanah (Hardjowigeno, 2003).
Larutan mempunyai pH 7
disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7
disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau
status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik,
seperti pertumbuhan tanaman pH atau reaksi tanah yang ekstrim menunjukkan kimia
tanah yang dapat mengganggu biologik (Pairunan, 1997).
Reaksi Tanah (pH)
tanah penting dalam menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman.
Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun dan mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme seperti bakteri berkembang dengan baik pada pH 5,5.
Keadaan topografi dari
suatu daerah sangat mempengaruhi reaksi tanah. Jika memungkinkan keadaan
ini akan menyebabkan terjadinya erosi apabila curah hujan cukup tinggi. Jika
erosi cukup besar, unsur hara akan mudah hilang, implikasi air kurang, sehingga
menghambat aktivitas kimia dan biologi (Foth,1994).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah,
konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan
dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai
dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen
renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas,
2005).
pH tanah sangat berpengaruh
terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen, sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.
Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih. Sebaliknya untuk
tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH
lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau
tinggi, asalkan anah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan
suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-Faktor yang perbedaan nilai pH adalah sebagai berikut:
1.
Kejenuhan Basa (KB), apabila semakin besar
kejenuhan basa, semakin tinggi pH tanah dan sebaliknya bila kejenuhan basa
rendah, maka pH rendah.
2.
Sifat koloid, merupakan koloid organik
mudah mendisosiasikan ion H+ ke larutan tanah dan sebaliknya untuk
koloid Fe dan Al hidroks oksida dan liat silikat, pH tanah organik < pH
tanah mineral yang kaya Fe dan Al hidroks oksida atau liat silikat pada
kejenuhan basa yang sama.
3.
Macam kation yang terjerap, koloid-koloid
yang menjerap Na+ dan ion basa-basa yang lain akan mempunyai pH
tinggi.
4.
Jumlah curah hujan
5.
Drainase tanah internal
6.
Tipe vegetasi, Tanah yang berada di bawah kondisi
vegetasi hutan akan cenderung lebih masam di bandingkan dengan yang berkembang
di bawah padang rumput. Hutan tanaman dengan daun kecil (konifer) dapat
menyebabkan lebih masam dibandingkan dengan hutan tanaman berdaun lebar.
7.
Aktivitas manusia
8.
Ketersediaan unsur hara
9.
Tekstur tanah dan stuktur tanah
10.
Ketersediaan air
11.
Bahan organik
Table Interpretasi data
Kisaran pH
|
Klasifikasi
|
0,0 - 4,5
|
Ekstrim asam
|
4,6 - 5,0
|
Asam sangat
kuat
|
5,1 - 5,5
|
Asam kuat
|
5,6 - 6,5
|
Asam sedang
|
6,6 - 7,3
|
Netral
|
7,4 - 7,8
|
Basa lemah
|
7,9 - 8,4
|
Basa sedang
|
8,5 - 9,0
|
Basa kuat
|
> 9,1
|
Basa sangat
kuat
|
BAB III METEDOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
1.
Botol
plastik
2.
pH meter
3.
Air
bebas ion (aquades)
4.
KCL
1 N
3.2 Langka Kerja
1.
Menimbang
5 gram sampel
tanah kering udara (ukuran butir < 2 mm).
2.
Memasukkan
air dalam botol plastik sebanyak 25 ml.
3.
Menambahkan
5 ml atau 12,5 ml (tergantung nisbahnya), untuk penetapan pH H₂O.
4.
Menambahkan
5 ml atau 12,5 ml KCL 1 N (tergantung nisbahnya) pada sampel lain untuk
penetapan pH KCL.
5.
Mengocok
selama 10
menit.
6.
Membiarkan
selama 30 menit agar tanahnya mengendap.
7.
Mengukur
suspensi menggunakan pH meter.
BAB IV HASIL PENGAMATAN
Dari pengamatan
yang telah dilakukan didapat hasil pengukuran menggunakan pH
meter:
Tabel 1. Data hasil pengamatan.
pH Pelarut
|
Interpretasi
|
||||||
H2O
|
KCl
|
H2O
|
KCl
|
||||
1 : 2,5
|
1 : 5
|
1 : 2,5
|
1 : 5
|
1 : 2,5
|
1 : 5
|
1 : 2,5
|
1 : 5
|
5,85
|
6,04
|
5,35
|
5,71
|
Asam sedang
|
Asam kuat
|
Asam sedang
|
BAB V PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan
yang dilakukan didapatkan data dengan masing-masing perlakuan sebagi berikut :
H2O 1:2,5 =
5,85 → klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk
kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
H2O 1:5 = 6,04→ klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk
kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
KCl 1:2,5 =
5,35→klasifikasi Asam kuat, karena pH tersebut termasuk
kisaran pH di antara pH 5,1 – 5,5.
KCl 1:5 =
5,71→ klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk
kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
Tanah yang
dilarutkan dengan H2O ditunjukan untuk mengukur pH aktual tanah
(menyatakan jumlah H+ yang ada di dalam tanah), sedangkan tanah yang
dilarutkan dengan KCl ditujukan untuk mengukur pH potensial tanah (menyatakan
jumlah H+ pada tanah + jumlah H+ yang terjerap), sehingga
pH tanah yang menggunakan pelarut H2O akan lebih tinggi dari pH
tanah yang dilarutkan dengan KCl, karena K+ dari KCl yang
terionisasi memiliki sifat elektronegatifitas yang lebih tinggi dari pada H+
sehingga dapat mendesak ion H+ dalam kaloid tanah keluar dari
jerapan tanah, akibatnyajumlah H+ yang terdeteksi atau terukur oleh
pH meter akan lebih banyak dan otomatis pH tanah yang menggunakan pelarut KCl
akan menjadi lebih rendah.
Pada percobaan yang dilakukan dapat
dikatakan bahwa semakin banya pelarut yang digunakan (baik H2O
maupun KCl) maka pH nya juga menjadi semakin tinggi, hal ini dikarenakan jika
pelarutnya banyak maka konsentrasi atau kepekatan ion H+ per volume
larutan akan menjadi berkurang, sehingga konsentrasi H+
yang terukur juga menjadi
berkurang sehingga pH nya mmenjadi lebih tinggi.
Dari
hasil pengamatan diatas terlihat pH KCl lebih rendah jika dibandingkan dengan H2O. Pengukuran
pH dengan larutan pengekstrak KCl akan memberikan nilai lebih rendah 0,5-1,5
satuan pH dibanding jika menggunakan H2O, teori tersebut sesuai
dengan percobaan yang telah dilakukan.
Ini
terjadi dikarenakan garam KCl akan melepaskan H+ dari kompleks
serapan sehingga tanah akan lebih masam. Tanah yang masam kerana
kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion Al3+yang
bersifat masam karena air ion tersebut menghasilkan H+.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan pH tanah antara lain:
1.
Perbandingan tanah dengan air, faktor ini
harus diperhatikan karena perbandingan tersebut menentukan besar kecilnya pH,
jika perbandingan menurun, maka elektroda tidak sempurna.
2.
Kandungan garam-garam dalam larutan tanah,
tanah-tanah masam mengandung cukup garam-garam terlarut untuk mengganggu
pertumbuhan tanaman, terutama dengan meningkatnya tekanan osmosis larutan tanah
dan membatasi larutan air. Garam-garam terlarut mungkin mengendap secara alami
dalam tanah di daerah-daerah kering, sebagai akibat penambahan air irigasi.
3.
Keseimbangan CO2 udara dan CO2
tanah, CO2 yang dihasilkan dari pernapasan melarut dalam larutan
tanah membentuk asam karbonat rendah. Pengaruh ini terlihat pada tanah-tanah
kapur dan tanah alkali lainnya untuk ribuan tahun, yang menunjukkan bahwa
terbentuknya asam karbonat dalam tanah mempunyai peranan yang kurang berarti
dalam menentukan pH tanah.
Adapun manfaat
dari pengukuran pH ialah sebagai berikut :
1. Membantu
menentukan ketersedian UH bagi tanaman dan jenis pupuk yang digunakan, karena
jika pH nya masam maka UH yang banyak tersedian ialah UH mikro, dan jika pH
basa maka berarti banyak mengandung unsur-unsur basa seperti K+, Ca+,
Mg+, dan Na+. Sehingga apabila tanahnya basa sedapat
mungkin kita tidak memupuk dengan pupuk kimia yang banyak mengandung ion-ion
bermuatan positif karena dapat menjadikan tanah tersebut lebih basa.
2. Menunjukan ada
tidaknya senyawa atau unsur-unsur yang beracun, pada tanah-tanah masam banyak
ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, selain memfiksasi unsur P juga merupakan
racun bagi tanaman sedang pada tanah rawa yang memiliki pH yang terlalu rendah
(sangat masam) menunjukan kandungan sulfat yang tinggi yang juga merupakan
racun bagi tanaman.
3. Membantu kita
untuk dapat memprediksi perkembangan mikroorganisme tanah, karena bakteri tanah
dapat berkembang dengan baik pada pH 5,5 atau lebih sedangkan pH kurang dari
5,5 perkembangannya sangat terhambat. Jamur dapat berkembang baiik pada pH
lebih dari 5,5 sedangkan bakteri
pengikat nitrogen dan bakteri nitrifikasi hanya dapat berkembanh dengan baik
pada pH tanah lebih dari 5,5.
4. Membantu kita
untuk dapat menentukan apakah tanah yang akan kita tanami cocok dengan tanaman
yang akan kita budidayakan, karena setiap jenis tanaman memiliki syarat tumbuh
pH tertentu, dan apabila tanah tersebut pH nya kurang cocok dengan pH yang
dikehendaki tanaman yang hendak kita budidayakan maka kita dapat memilih
mencari tanaman lain yang pH nya sesuai dengan tanah yang kita milki atau
berusahamengubah pH tanah kita agar sesuai dengan pH yang dikehendaki tanaman,
adapun usaha yang dapat kita lakukan untuk merubah pH tanah ialah dengan
pengapuran (untuk meningkatkan pH) dan pemberian belerang (untuk
menurunkan pH).
BAB VI KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapatdisimpulkan :
1) pH tanah dengan
pelarut H2O
1:2,5 = 5,85 → klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk
kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
1:5 = 6,04 → klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk
kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
pH tanah dengan pelarut KCl
1:2,5 = 5,35 → klasifikasi Asam kuat, karena pH tersebut termasuk
kisaran pH di antara pH 5,1 – 5,5.
1:5 = 5,71 → klasifikasi Asam sedang, karena pH tersebut termasuk
kisaran pH di antara pH 5,6 – 6,5.
2)
Semakin
banayak jumlah ion H+ pada suatu tanah maka pH tanah tersebut akan
semakin rendah dan semakin sedikit jumlah ion H+ pada suatu tanah
maka pH tanah tersebut semakin tinggi.
3)
pH
tanah dengan pelarut H2O selalu lebih tinggi daripada pH yang
menggunakan pelarut KCl.
4) Semakin banyak pelarut yang digunakan (baik pelarut H2O
maupun KCl) maka pH akan menjadi semakin tinggi.
5) Tanah yang diuji dengan KCl memiliki pH lebih rendah dibandingkan pH
lebih rendah dibanding pH tanah yang diuji dengan H2O karena KCl
mampu mengukur aktivitas H+ yang ada di luar larutan tanah, ion K+
yang aktivitas dari KCl dapat ditukar dengan ion H+, namun hal
tersebut tidak berlaku pada H2O.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2003. Ilmu
Kesuburan Tanah. Kalisius, Jakarta
Foth. H. D. 1994.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjahmada University Press, Yogyakarta.
Hardjowigeno. S,
2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Hardjowigeno. S,
2007. Ilmu Tanah. PT Medyatama Sarana Perkasa : Jakarta.
Kemas, Ali. 2005.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Pairunan A.K, .L.
Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B. Ibrahim
dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan
Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.
Sarwono, Hardjowigeno.
2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademik Pressindo. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment